I made this widget at MyFlashFetish.com.

Friday, June 1, 2012

What a sad story ;')

Perempuan Yang Dicintai Suamiku, Cinta Yang
Tumbuh Setelah Cinta Itu Tiada, Mengambil Ibrah
Dari Sebuah Kisah Berikut Untuk Menjadi
Renungan Dan Motivasi Untuk Suami Istri
Keluarga
“Pesan” dahsyat buat para suami (dan calon
suami) untuk menjaga istrinya…
Dan motivasi hebat buat para istri (dan calon istri)
untuk tetap mencintai suaminya…
Barangkali di antara antum maunpun anti sudah
pernah membaca maupun mendengar kisah ini,
karena saya lihat di search engine juga banyak
artikel yang sama, namun demikian tidak ada
salahnya di posting ulang agar yang belum tau
ceritanya juga dapat mengambil ibrah dari kisah
ini..
Selamat Membaca 
Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja
menurutku. Meskipun menjelang pernikahan
selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario
tampak baik dan lebih menuruti apa mauku. Kami
tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia
cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja
sampai subuh, baru pulang ke rumah, mandi,
kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya
sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia
workaholic.
Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi
menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun
kalau aku masih bangun. Karena waktu ta’aruf dulu
dia memang tampak tidak romantis, dan tidak
memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan
sayang.
Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang
pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluar
pun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di
meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan
sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar,
hanya denting piring yang beradu dengan sendok
garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran di
kamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang
sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam,
aku menyangka dia memang tidak suka tertawa
lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja
selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu
ketika, di suatu hari yang terik, saat itu suamiku
tergolek sakit di rumah sakit, karena jarang makan,
dan sering jajan di kantornya, dibanding makan di
rumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS,
karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada
saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang
menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama
meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.
Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana,
tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu
cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar
indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika
dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar
dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan
penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun
perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat,
akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.
Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario
selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita
Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya
teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu,
karena ada pekerjaan kantor mereka yang
mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di
advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang
sedang membuat iklan untuk perusahaan
tempatnya bekerja.
Aku mulai mengingat 2-5 bulan lalu ada perubahan
yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi
kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam
sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia
membelikan aku parfum baru, dan mulai sering
tertawa lepas. Tapi di saat lain, dia sering
termenung di depan komputernya. Atau termenung
memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada
pekerjaan yang membingungkan.
Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario
sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang
memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan
wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku
suapi. Meisha masuk kedalam ruangan kami, dan
menyapa dengan suara riangnya,
“Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu (Mario)
yang nomor satu ini? tidak mau makan juga? uhh…
dasar anak nakal, sini piringnya”, canda meisha
pada mario lalu dia terus mengajak Mario bercerita
sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi
itu sudah habis ditangannya. Dan….aku tidak
pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar
dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah
seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak
pernah sedetikpun!
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia
membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat
aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku.
Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar
ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari
rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan
yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit
daripada sakit ketika dia tidak pulang ke rumah
saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih
sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka
mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat
perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa
hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan
membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku
jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia
datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang
lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamimencintai perempuan berhati bidadari itu? karena

tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang
bergejolak dihatinya.
Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta,
aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan
mendung, bahkan gerimis kemudian.
Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik
berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan
cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil
membuka password email Papanya, dan
memanggilku, “Mama, mau lihat surat papa buat
tante Meisha?”
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat
elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang
mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah
merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada
Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang
mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu
dari anak2ku. Ketika aku menikahinya, aku tetap
tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya.
Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku
memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang
tidak pernah padam ketika aku tidak
menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti
perasaannya.
Ketika konflik2 terjadi saat kami ta’aruf dulu, aku
sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup
mengatakan padanya bahwa dia bukanlah
perempuan yang aku cari untuk mengisi
kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa,
meskipun aku menikahinya. Aku tidak tahu,
bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya,
seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami,
seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa
pernah
mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti
pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah
minta disirami, namun tumbuh dengan lebat
secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena
kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah
laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan
kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah
mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan
tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia
inginkan selama aku mampu. Dia boleh
mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi
tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan
untukmu. Meskipun ada tembok yang menghalangi
kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti,
you are the only one in my heart.
yours, Mario

Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku
memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun,
dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti
dan menyayangiku.
Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak
pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai
perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku.
Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari
untuk suamiku. Surat itu aku simpan di amplop,
dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah
aku berikan untuknya.
Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan
padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang
kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan
motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku.
Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi
bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek
tas dan baju. Aku terpuruk dalam kehancuranku.
Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu
terlalu lama ta’aruf, sedangkan teman2ku sudah
menikah semua. Ternyata dia memang tidak
pernah menginginkan aku menjadi istrinya.
Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu,
bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak
mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa
dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak
mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu
lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan
mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.
Betapa malangnya nasibku.
Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap
merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai
perempuan itu terus di dalam hatinya. Dengan
pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia
dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan
Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan
selalu mencintainya.
Setahun kemudian…
Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air
mata berlinang. Tanah pemakaman itu masih
basah merah dan masih dipenuhi bunga.
“Mario, suamiku….Aku tidak pernah menyangka
pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di
kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku.
Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan
tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku
tidak bertepuk
sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu
posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering
marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak
memperdulikan aku. Aku merasa di atas angin,
ketika kamu hanya diam dan menuruti
keinginanku… Aku pikir, aku si puteri cantik yang
diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang
hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga
mau melakukan apa saja untukku…..
Ternyata aku keliru…. aku menyadarinya tepat
sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku
membanting hadiah jam tangan dari seorang
teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya
menyukai Mario.
Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata,
“kenapa, Rima? Kenapa kamu mesti cemburu? dia
sudah menikah, dan aku sudah memilihmu
menjadi istriku?” Aku tidak perduli,dan berlalu dari
hadapanmu dengan sombongnya.
Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku.
Engkau tidak pernah bahagia bersamaku. Aku
adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku
bukanlah wanita yang sempurna yang engkau
inginkan.
Istrimu, Rima” Di surat yang lain,
“………Kehadiran perempuan itu membuatmu
berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau
mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak
pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku,
seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu
berpendar dari kedua bola matamu saat
memandang Meisha……”
Disurat yang kesekian,
“…….Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta
padaku. Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat
kan, aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi
suka membanting2 barang dan berteriak jika
emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan
masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros,
dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka
bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum
menyambutmu pulang ke rumah. Dan aku selalu
meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah
kekasih hatiku makan siang ini? Aku merawatmu
jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak
mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur
disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat
engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu
yang selalu bermasalah…….
Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari
matamu, aku akan tetap berusaha dan
menantinya……..”
Meisha menghapus air mata yang terus mengalir
dari kedua mata indahnya…
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.
Disurat terakhir, pagi ini…
“…………..Hari ini adalah hari ulang tahun
pernikahan kami yang ke-9. Tahun lalu engkau
tidak pulang ke rumah, tapi tahun ini aku akan
memaksamu pulang, karena hari ini aku akan
masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya di rumah Bude
Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena
waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya
mengendarai motor.
Saat aku tiba di rumah kemarin malam, aku
melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau
memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju
supaya tidak sakit. Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun
kita ta’aruf, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru
kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari
matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi
dihatimu ?………”
Kemudian setelah selesai membaca surat itu tiba-
tiba Jelita menatap Meisha, dan bercerita, “Siang
itu Mama menjemputku dengan motornya, dari
jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia
terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.
Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat
bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu
cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku,
tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir
motornya di seberang jalan, Ketika mama
menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari
tikungan dengan kecepatan tinggi…… aku tidak
sanggup melihatnya terlontar, Tante….. aku
melihatnya masih memandangku sebelum dia
tidak lagi bergerak……”. Tukas Jelita memeluk
Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih
terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi
dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia
print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi
kemarin malam, Karena Meisha sangat berharap
agar Rima membacanya.
Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima
berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha
menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan
tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat
khawatir dan memeluknya. Tiba2 aku baru
menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia.
Hatiku mulai bergetar…. Inikah tanda2 aku mulai
mencintainya?
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang
engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan
memberikan surprise untuknya, aku akan
membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia
tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena
dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan
jiwaku….
Meisha menatap Mario yang tampak semakin
ringkih, yang masih terduduk disamping nisan
Rima istrinya. Di wajahnya tampak duka yang
dalam. Semuanya telah terjadi, Mario……
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang,
ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

Kemelut dalam rumah tangga antara suami dan
istri adalah bunga-bunga kehidupan, dan
semestinya dihadapi dengan hati tenang dan
lapang agar jangan saling mencerca, aniaya lidah
maupun tangan, dan sekali-kali jangan pula
mengambil keputusan agar bersegera ke
perceraian. cobaan ALLAH didalam rumah tangga
itu selalu ada maka ALLAHlah yang Maha Berkuasa
dan kepada-Nya tempat kembali.
ALLAH Subahana wa Ta’ala Berfirman :
“Dan pergaulilah isterimu dengan cara yang baik
maka jika kamu tidak menyukainya barangkali
sesuatu yang kamu tidak sukainya itu justru Allah
akan menjadikan padanya kebaikan yang sangat
banyak.” (an-Nisa’: 19)
Wallahu A’lam..akan tetapi setiap orang yang akan
kembali ke rahmat ALLAH, ALLAH menjadikan diri
orang yang akan kembali itu untuk meninggalkan
tanda-tanda kepada orang-orang disekitarnya
bahwa ia akan kembali ke sisi Rabbnya, akan tetapi
sebahagian manusia tiada sadar.
Saya teringat di masa masih duduk di SMU dulu
dengan salah seorang akhi sahabat dekat saya,
yang setelah shalat jum’at dia datang ke rumah
saya dan mengajak saya ke tempat seorang teman
yang dia merasa bersalah padanya dan ingin
meminta maaf kepadanya. sayapun memaksakan
diri menurutinya, saya masih ingat raut wajahnya
yang begitu serius saat itu. setelah sampai di
rumah yang dimaksud, sang akhi tampak gundah
gulana untuk menyampaikan maksudnya dan
berkata “aku ini jantan..dan harus melakukannya”,
saya begitu takjub dengan sikapnya kala itu.
setelah maksudnya tersampaikan, pada hari
minggu kemudian akupun mendengar kabar yang
sangat membuat pilu hatiku bahwa dia telah tiada
karena kecelakaan. demikianlah tanda-tanda
kekuasaan ALLAH, sungguh..segala kehendak
ALLAH pasti terjadi dan tiadalah baginya penolong
selain pertolongan ALLAH. la haula wala quwwata
illa billah

No comments:

Post a Comment